Harmonia Menuju Jurnal Internasional ?
Keinginan untuk terus mengembangka jurnal ini memang sering saya kemukakan dalam beberapa kesempatan pada teman-teman pengelola Harmonia, walaupun banyak sekali hambatan dan tantangan. Jika semangat ini terus dikobarkan dengan dukungan beberapa pihak, tidak mustahil bebarapa tahun nanti mimpi itu bisa terwujud. Kendala utama yang masih dihadapi adalah sumber daya manusia pengelola yang sebagian besar adalah dosen yang belum memungkinkan untuk menyisakan waktu lebih banyak untuk melola jurnal. Belum banyak "dosen gila" (sebutan orang Malang bagi yang ulet mengelola jurnal) yang aktif terlibat walaupun ikut tercantum dalam pengurus/pengelola. Kenyataanya, beberapa minggu setelah ditayangkannya blog ini, banyak tanggapan positif yang datang dari beberapa pihak. Bahkan, kami diberitahu bahwa salah satu edisi Volume VIII No 1 2007 dan menyusul dua terbitan lainnya yang kami tayangkan penuh satu buku penuh dan dapat diunduh, telah dicatat di katalog milik National Library of Australia, (dapat dilihat di http://catalogue.nla.gov.au/record/4585040). Tentu saja konsekuensinya kami tidak boleh menghapus file ini karena akan dibaca banyak orang terutama pembaca perpustakaan nasional tersebut secara online. Namun, sebenarnya tidak ada yabg melarang ? Kami tidak punya perjanjian dengan perpustakaan online tersebut. Walaupun sedikit menyesalkan pihak perpustakaan tersebut karena artikel-artikel Harmonia yang di-download dan dipesan lewat perpustakaan tersebut berbayar. Namun, jika aturannya memang begitu sementara bisa kita maklumi. Siapa tahu suatu saat kita akan mendapat keuntungan dari itu. Tahun ini Harmonia beserta 6 jurnal seni nasional lainnya (Ekspresi-ISI Yogyakarta, Dimensi-Seni Rupa dan Disain Trisakti Jakarta, Dewa Ruci _Pascasarjana ISI Surakarta, Mudra-ISI Denpasar, Nirmana-Univeritas Petra Surabaya, dan Imaji _ UN Yogyakarta) mendapat hibah dari DP2M DIKTI untuk mengembangkan manajemen karena kami dianggap jurnal yang potensial untuk menjadi jurnal nasional yang bisa digunakan sebagai media untuk mengembangkan dunia ilmu pengetahuan khususnya bidang seni. Ke enam jurnal tersebut di bawah binaan Jurnal Humaniora "Makara" Universitas Indonesia dan DIKTI, banyak kesibukan mulai awal September sampai Nopember 2009 karena diadakan kegiatan-kegiatan lokakarya dan workshop baik di Jakarta maupun di daerah-daerah tempat jurnal seni tersebut berada.
Blog ini adalah sebagai media untuk menyebarkan terbitan /isi artikel yang mungkin sangat berguna bagi dunia ilmu khususnya seni, di seluruh dunia. Dalam hal bahasa, para blogger dan pembaca blog sebenarnya beruntung karena Google telah berbaik hati dengan memberi fasilitas pada pembaca blog atau web lain, dengan menambah Google Translate yang bisa dibagi-bagi pada para blogger sehingga pembacanya bisa menterjemahkan dengan meng-klik bahasa yang akan digunakan. Silakan Anda coba dengan meng-klik pada gadget Google Translate pada blog ini. Maka, secara otomatis semua halaman akan berubah dengan bahasa yang kita inginkan tersebut. Memang, bahasa jika diterjemahkan dengan "mesin" hasilnya jadi tidak manusiawi, masih kaku, tidak alami, alias tidak smooth. Apalagi jika bahasa sumber tidak bagus, tidak standar, pasti bahasa sasaran (target language) juga menjadi tidak berbunyi. Tetapi lumayan, sedikit dimengerti jika di raba-raba. Hanya, selalu saja ada kata yang untranslatable sehingga kelihatan bahasanya campur-campur. Tetapi sebenarnya Google minta kita sebagai pengguna untuk menginput/ menambah vocabulary yang belum ada di Google tersebut .
Usaha-usaha untuk menuju menjadi jurnal internasionalisasi terus berjalan walaupun sangat lambat jalannya (ada teman yang mengatakan it is impossible). Kami masih memburu beberapa pakar seni di negeri seberang untuk menjadi penyunting ahli. Karena, salah satu syarat untuk menjadi jurnal internasional adalah adanya penyunting ahli dari beberapa negara, di samping menggunakan bahasa internasional dan kualitas isi artikelnya, serta distribusi dan kontribu si penulis asing yang juga harus mengglobal. Tentu saja, dana juga ikut menentukan hal tersebut. Ada upaya dari Dikti agar jurnal-jurnal yang terakreditasi nanti yang berstandar internasional. Bahkan ada isu instrumen yang baru itu akan diberlakukan pada tahun 2010. Jika instrumen itu benar-benar diberlakukan maka untuk menjadikan jurnal terakreditasi akan sangat berat. Salah satu syarat yang diisukan adalah jurnal terakreditasi harus diterbitkan oleh sebuah asosiasi profesi ilmiah atau yang bekerjasama dengannya.
Tujuan lain dari penayangan Blog ini adalah Harmonia harus banyak dibaca oleh masyarakat luas, bukan hanya disimpan oleh redaksi atau penulisnya saja. Oleh karena itu, kami untuk sementara menampilkan artikel-artikel di lembar-lembar postingnya. Bahkan, kami tampilkan penuh dalam satu buku jurnal yang bisa diunduh secara cuma-cuma. Untuk masa-masa mendatang, isi artikel hanya bisa diunduh jika sudah pembaca sudah membeli secara online, baik artikel maupun bukunya. Kami meyakini bahwa isi tulisan Harmonia yang telah diterbitkan sangat bermanfaat terutama sebagai bahan rujukan dalam tulisan-tulisan ilmiah maupun penelitian, baik oleh mahasiswa maupun dosen. Oleh karena itu, sekali lagi, tidak salah jika kami berani melakukan terobosan ini.
Sehubungan dengan perhatian lembaga, kami sempat iri dengan para pengelola jurnal di berbagai PT di Indonesia. Saat acara pelatihan pengelolaan jurnal di Malang tahun lalu, kami banyak sharing dengan bebarapa pengelola jurnal nasional. Begitu besarnya perhatian PT pada salah satu junal miliknya. Namun demikian, banyak juga yang seperti Harmonia. Bahkan nasibnya juga sama, pernah menjadi korban aturan baru Dikti yang tiba-tiba (tahun 2006) dan mengakibatkan Harmonia terdegradasi pada tahun 2007. Bahkan di Malang sendiri jumlah jurnal yang terdegradasi lebih dari setengahnya.Ya, paling tidak kami tidak sendiri. Yang penting sekarang adalah bagaimana sekarang dan yang akan datang. Salah satu jurnal yang tetap teraktreditasi seperti JIP Malang karena dikelola oleh orang-orang "gila" tersebut, demikian mereka menyebutkan dirinya bagi pengelola yang tidak kenal lelah dan pamrih untuk mengelolanya. Sayang sulit mencari orang "gila" di Harmonia, semua pasti mengaku "sehat". Namun, omset jurnal mereka juga "gila". Di samping memiliki dana abadi, uang yang berputar setiap tahun untuk mengelolanya sekitar Rp 80 jutaan (laporan keuangan JIP MU Malang yang dipamerkan saat acara "Pelatihan Pengelolaan Jurnal" di Malang 2008)